Minggu, 25 September 2011

Ketika Marah itu menjadi sebuah renuangan


“Siapapun dapat marah-marah, itu mudah. Namun, marah pada orang yang tepat. dengan kadar yang sesuai, pada waktu yang tepat, demi tujuan yang benar, dan cara yang baik bukan perkara mudah.”
-Daniel Goleman, Emotional Intelligence
Marah itu manusiawi karena amarah adalah fitrah yang Tuhan berikan kepada setiap hamba-Nya. Jika ada seorang manusia yang tidak pernah sekalipun marah, pasti hal itu tidak pernah kita temui. Ada orang yang sabar sekali namun tidak ada orang yang tidak pernah marah. Hanya saja marah itu ada kelasnya. Amarah bagi setiap manusia tentunya berbeda walaupun beda tipis. Namun intinya tetap sama yaitu marah terhadap suatu hal. Terlepas dari siapapun mereka, intinya setiap orang itu sama namun cara penyelesaiannya yang berbeda.
Saya, kamu, dia dan mereka pasti pernah marah. kemarahan itu baik terhadap sebuah objek ataupun terhadap sebuah subjek. Kenapa orang bisa marah? Sudah pasti ada alasannya dong! Tidak mungkin seseorang bisa marah tanpa sebuah alasan.  Bahkan untuk seseorang yang psikopat sekalipun akan marah dengan sebuah alasan. Lalu apa alasan seseorang bisa marah? Oke oke.. Tenang dulu sobat! Santaiiii... Sebelumnya tarik nafas dulu, tahan lalu keluarkan secara pelan-pelan. Nah, alasan atau penyebab seseorang bisa marah itu dikarenakan adanya suatu keinginan atau kebutuhan seseorang yang terkendala yang diakibatkan oleh berbagai kondisi emosional yang memicunya. Oleh karena itu apabila kita pernah dihadapkan kepada suatu kondisi yang membangkitkan emosional maka bersiap-siaplah kemarahan yang semula tidak ada jadi ada alias terpicu.
Selain itu, kemarahan ada jenis-jenisnya. Mau tahu???
Pertama, ada kemarahan spontan atau tingkat rendah. Hmm.. kira-kira kemarahan yang spontan itu kemarahan yang bagaimana ya? Sobat, kemarahan spontan itu merupakan emosi tak senang yang timbul secara tiba-tiba. Marah spontan disebut juga dengan marah tingkat rendah karena mekanismenya hanya menyangkut pusat emosi, yaitu amigdala, tanpa melibatkan otak pikir. Amigdala itu memiliki fungsi sebagai daya dorong tindakan manusia yang berlandaskan pada emosi. Daaaan emosi itu berpusat di amigdala sebagai perangsang bagi kesadaran emosional. So, kita tentunya pernah marah-marah secara spontan bukan? Pastinya kemarahan itu dibutuhkan bagi setiap orang guna mendidik pribadinya sendiri. Minimal memberi arah dan menentukan sesuatu yang baik. Dengan marah, kita dapat mengetahui bahwa hal yang kita lakukan itu tidak baik sehingga kita mendapat teguran dari orang sekitar. Namun, hendaknya kemarahan yang kita lakukan tidak bersifat merugikan orang lain. Misalnya kita menjadi marah kepada teman kita dan kita langsung memukulnya dengan kemoceng hanya karena teman kita tidak mengucapkan salam saat memasuki rumah. Tidak etis. Lebih baik ditegur secara halus.
Yang kedua ada kemarahan tertunda. Kemarahan ini diakibatkan oleh kemarahan yang terpendam, akibat perselisihan yang tidak terselesaikan, dendam, takut lalu cari aman, iri tak kunjung usai, rasa kesal dan dongkol. Segala jenis kemarahan ini tinggal tunggu pemicu dan waktu saja. Jika waktu telah tiba maka DUAAAAARRRRR!!!! Semua selesai dengan cara yang berbeda. Kemarahan ini sebaiknya dihindari kecuali sudah menyangkut masalah keadilan dan harga diri ya. Itu beda persoalan. Kemarahan berbasis dendam ini biasanya berbahaya karena dapat memanfaatkan orang lain dan menyeret banyak pihak.
Yuuup!! Saya setuju banget nih! Dengan kemarahan tertunda ini, masalah sepele pun bisa jadi masalah yang super dahsyat untuk dijadikan sebuah alasan pelampiasan kemarahan. Kenapa? Karena kemarahan ini bersifat dendam dan rasa kesal akibat dari sebuah ketidakjujuran. Ckk, sebenarnya apa sih susahnya untuk berkata jujur? Yaaa... pahit emang namun itulah realita. Saya sadar bahwa saya juga bukan manusia hebat yang luput dari kesalahan dan kekhilafan. Pasti adalah satu atau dua orang yang tidak suka dengan saya namun itu bukan suatu pertanda bahwa dunia akan kiamat. Itu semua hukum alam. Karena tidak ada yang namanya kesempurnaan yang manusia miliki kecuali Tuhan. Karena sempurna itu milik Tuhan.
Oke lanjut, Kalau kita marah tentunya dilampiaskan dong? Sebab kalau tidak dilepaskan, bukan marah namanya tapi diam. Hehehe....
Pelampiasan kemarahan disebut juga sebagai manifestasi kemarahan. Coba perhatikan orang sedang marah; namun sayangnya kita sulit melihat diri kita saat sedang marah kecuali dalam sandiwara atau film. Hahahha...
Saya juga pernah seperti itu. Marah kepada sesuatu dan berusaha menutupinya namun gagal karena ternyata wajah ini bisa berkata-kata secara nonverbal. Hehehe...
Sebenarnya kita semua tahu bahwa marah yang berlebihan itu tidak baik. Selain tidak membuat wajah menjadi lebih awet muda, juga bisa membuat jantung berdebar lebih kencang. Hal ini disebabkan kadar adrenalin dalam tubuh mengalami peningkatan dikarenakan kemarahan tersebut. Kita akan mengalami jantung koroner dan jika terus menerus marah-marah, maka kita semua tahu akibat selanjutnya. Huhuuu...
Maka dari itu, mulai sekarang kita coba untuk nggak sering marah-marah terhadap suatu hal yang tidak jelas asal usulnya. Sekecil apapun alasannya, usahakan tidak marah berlebihan namun sekadarnya saja. Kalau ada pemicu yang membuat kita jadi marah, misalnya kita denger dari orang nih kalau si fulan itu orang yang blablablablablablabla, anggap aja angin sepoi-sepoi. Kalaupun mau ditanggapin ya dibawa ketawa aja terus dibuang jauh-jauh kalau perlu buang kesungai Amazon sekalian.
So, mari kita terus semangat dan tetap semangat!
Membuka lembaran kehidupan dengan berdamai dengan masa lalu dan memaafkan segala kejadian yang udah lewat sehingga kita nggak perlu menyesali kejadian yang udah terjadi dan marah-marah untuk sebuah alasan yang nggak jelas, orang yang nggak jelas, masalah yang nggak jelas, dan masa lalu yang nggak jelas.
Karena masa lalu bukan untuk diingat, tapi cukup jadi bahan renungan.
See you, Goodbye....



Tidak ada komentar:

Posting Komentar