Senin, 23 Mei 2011

Lihatlah lebih dekat atau lihatlah seolah dekat

“Lihatlah lebih DEKAT mungkin ku BISA menilai lebih BIJAKSANA....”

Ini merupakan salah satu kata-kata petikan yang ku ambil dari sebuah lagu Sherina sewaktu ia masih kecil. Kata-kata ini bercerita tentang kisah persahabatan. Namun kata-kata ini juga bisa menjadi semacam perenungan bagi kita agar dapat memahami segala persoalan supaya jelas, tidak ngambang dan saling percaya. Persahabatan itu ibarat satu badan dua jiwa. Persahabatan itu tidak hanya diisi dengan suka namun juga diisi dengan duka. Persahabatan melahirkan kepercayaan yang tidak akan terganti nilainya. Persahabatan memunculkan rasa percaya diri saat pribadi tidak mampu menatap dunia dengan senyuman. Persahabatan memberikan kekuatan bagi jiwa saat rapuh. Persahabatan mampu menguatkan saat jiwa terancam. Persahabatan selalu memberi senyuman dan tawa bukan tangisan. Persahabatan tidak saling menjatuhkan. Persahabatan tidak saling menuduh. Persahabatan tidak saling sikut. Persahabatan tidak saling merebut. Terkadang persahabatan itu ada rasa iri namun persahabatan melahirkan rasa mengerti.
Sahabat, benar kata seorang teman, “Sebenarnya aku sudah mau mulai memikirkan hubungan kita, kawan.” Sebenarnya aku juga sudah mau mulai memikirkan hubungan kita akhir-akhir ini. Namun mengapa disetiap ada kesempatan untuk memikirkan itu semua, seperti tidak ada jalan bagi kita untuk kembali lagi bersama seperti saat dulu. Aku merasa TUHAN tidak mengizinkan kita untuk saling bersama jika kita hanya bisa saling menyakiti. Atau TUHAN takut kita akan terjebak dalam persahabatan yang “RAPUH” yang selalu diliputi rasa pura-pura mengerti, pura-pura tersenyum padahal menyakiti, pura-pura tertawa seakan-akan mengerti. Aku mulai paham dengan semua persoalan yang telah hadapi.
Seperti kata seorang Dosen, “Tidak ada yang KEBETULAN di dunia ini, karena semuanya TELAH di CATAT di dalam LAUHIL MAHFUDZH.” Dari situ aku mulai menyadari bahwa KISAH kita ini telah dicatat oleh TUHAN saat kita masih berada di awang-awang dulu. Sungguh menyedihkan sekali bukan? Namun inilah yang namanya JALAN HIDUP. Semua sudah diatur dalam UNDANG-UNDANG yang TUHAN buat. Aku, kamu, dia dan mereka tak akan pernah bisa menolak semua kehendak-Nya. Ya! Inilah yang dinamakan TAKDIR. Sakit sekali ketika harus mengetahui kita mesti melewati TAKDIR ini. Namun semuanya pasti ada hikmahnya, kawan.
Aku mulai paham bagaimana sistem persahabatan kalian. Aku juga mulai paham bagaimana kalian menghargai arti dari sahabat. Aku juga mulai paham sekali bagaimana kalian mencari pembelaan demi memerangi sahabat kalian. (Tertawa). Aku tidak kuasa menyaksikan perilaku kalian. Mencari pembelaan dari wajah-wajah manis seolah-olah kalian tidak berdosa. Seolah-olah kalian ini menderita. Seolah-olah MANTAN SAHABAT kalian yang bersalah. Sampai-sampai ada seorang teman yang mengatakan bahwa kalian merupakan sekumpulan MALAIKAT. Menjijikkan! Kasihan sekali teman kita itu tidak mengetahui topeng kalian selama ini. (Tertawa sinis).
Uh, lelah sekali bukan berpura-pura seperti MALAIKAT? Sudahlah, lepaskan saja topeng itu! Pasang saja wajah SETANmu yang memang pada dasarnya SETAN bukan MALAIKAT. TUHAN itu tidak tidur. Tuhan itu tidak tidur. Tuhan itu tidak tidur. Tuhan itu Maha Tahu, kawan. Lihatlah lebih dekat, kawan. Aku dan mereka hanya butuh pengakuan dan maaf darimu. Tidak lebih tidak kurang.
Kata seorang dosen (Lagiiii T.T), “Lihatlah hal yang positif dari orang yang tidak kalian sukai walau sekalipun hal negatif yang akan kalian temui...”
Sederhana namun mengena. Aku paham. Dari semua persoalan yang pernah kita alami, terlepas dari itu, kita pernah dekat. Aku masih bisa melihat kebaikan kalian walau sudah terlihat samar. Aku masih bisa membuat semua keadaan tidak separah dulu. Karena aku menganggap kalian TIDAK ADA dalam pandangan baik mata maupun hati.
Bisa jadi benar kata dari seseorang (maaf saya lupa siapa namanya. :D), “Mungkin kita harus mengenal orang yang salah dulu untuk bisa mengenal orang yang benar dalam hidup ini.”
Sepenggal kata “Lihatlah lebih dekat” mungkin hanya bisa diterjemahkan oleh orang-orang yang berhati MULIA namun berjiwa KSATRIA yang mampu meminta maaf dan memaafkan.