Selasa, 16 Agustus 2011

Artiku dimatamu

“Ibu, kakak menangis.”
Bimbim menarik  tangan ibunya dengan lembut.
Ibu hanya tersenyum lalu berkata, “Ya udah, coba bimbim temanin kakak dulu. Kalau kakak menolak Bimbim disana, maka Bimbim kembalilah pada Ibu. Kalau kakak tidak menolak, Bimbim temani kakak ya?” ujar Ibunya lembut.
Bimbim mencoba mencerna kata-kata Ibunya. Dahinya mengkerut, “Bimbim bingung, Bu.”
Lalu Ibu menggamit lembut tangan Bimbim dan mengajaknya ke ruangan dimana kakaknya berada.
Ibu menyuruh Bimbim duduk disamping kakaknya.
Seketika si kakak yang sedang menangis sesenggukan di tempat tidur tersentak.
Dilihatnya ada Ibu dan si kecil, Bimbim.
Bimbim tetap tidak mengerti apa yang harus dia lakukan. Haruskah ia ikut menangis juga? Atau tertawa?
Lalu Ibu mendatangi si kakak dan memeluknya dengan lembut.
Airmatanya kembali jatuh.
Ibu mengusap bahu kakak dengan berulang-ulang.
Tiba-tiba Bimbim menggamit tangan kakaknya dengan lembut.
Setelah tenang, kakak pun berkata, “Ibu, terima kasih...”
“Ada apa sayangku? Siapa yang berani mengusik airmatamu?” tanya Ibu lembut.
“Ibu, teman itu sebenarnya apa?” Tanyanya balik.
Ibu hanya tersenyum.
“Mereka bilang aku bukan teman yang baik. Aku selalu jahat sama mereka. Aku tidak pernah mengerti mereka. Dan aku selalu berusaha mejadi apa yang mereka minta. Apa sebenarnya teman bu?”
Ibu menggamit tangan si kakak, lalu ibu berujar, “Sayang, Teman itu adalah seseorang yang memahami teman lainnya. Teman itu adalah seseorang yang mencintai teman lainnya. Teman itu adalah seseorang yang menghargai teman lainnya. Teman, seseorang yang telah kamu percaya. Terlepas dari apakah ia memiliki kesalahan atau tidak. Teman, selalu ada saat teman lainnya membutuhkannya. Teman, selalu memiliki inisiatif untuk saling berbagi dengan teman lainnya. Teman, akan selalu memberikan bahunya untuk teman lainnya saat bersedih. Teman, selalu mengulurkan tangannya kepada teman lainnya dalam keadaan apapun. Tidak hanya dalam suka tapi juga duka. Seorang teman yang baik adalah teman yang mau mengajak temannya menuju kebenaran dan tidak saling menjatuhkan. Itu yang namanya teman.”
tiba-tiba airmata Bimbim jatuh. walau begitu Ia tetap menggamit tangan kakaknya sampai si kakak membalas gamitan tangan Bimbim.
kakak nampak berpikir. bimbim mulai menggelayut mesra pada si kakak.
“Kak, bimbim ingin jadi teman kakak kalo begitu.” Katanya polos.
Si kakak tertawa.
Ibu juga tertawa.
“Apakah aku salah sebagai seorang teman bu?”
“Jika mereka temanmu, maka mereka akan merangkulmu.”
“Kak, Bimbim bole jadi teman kakak?” Tanya Bimbim tiba-tiba. Mimiknya lucu sekali.
Kakak pun tak tahan mencubit pipi chubbynya, “Iya adikky sayang. Kamu adalah temanku. Dan selamanya temanku. Karena kamu telah melakukan apa yang teman lakukan. Terima kasih sayangku. Terima kasih Ibu..”
Kakak mencium pipi Ibu dan Bimbim.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar