Jumat, 02 Maret 2012

01-11-2011 till 01-03-2012 Never End :)


4 bulan sudah kita membina hubungan ini...
Senang, bahagia, sedih, susah, kesal, marah, kecewa kita bagi bersama...
Tidak ada yang terlewatkan walau sedetik sekalipun...
Ungkapan sayang, cinta, amarah, cemburu selalu kita utarakan tanpa beban...
Walau terkadang masih ada rasa segan....
Tuhan tidak pernah salah memberikan kado terindah bagi setiap hamba-Nya....
Dimana pun ia berada, sedang apa ia disana...
Tuhan selalu mengirimkan sinyal cinta bagi hamba-Nya yang sabar dan selalu percaya akan kekuatan cinta...
Namun Tuhan juga selalu mengirimkan sinyal kedukaan bagi hamba-Nya yang sabar dan selalu percaya akan pengganti cinta yang pernah hilang....
Karena setiap yang pergi akan kembali lagi....
4 bulan bukan waktu yang singkat dan waktu yang juga lama...
Begitu banyak cobaan dan godaan yang harus kita lewati bersama guna menjaga kepercayaan serta hati yang mudah goyah....
Begitu banyak harapan dan keinginan yang harus diwujudkan agar tidak sia-sia...
Begitu banyak doa dari keluarga, sahabat dan teman atau bahkan musuh kita sekalipun agar kita tetap bersama dalam naungan-Nya....
Begitu banyak hal-hal yang sudah kita rangkai bersama agar indah pada waktunya...
Kanda, hanya sebait doa dan ungkapan rasa sayang yang bisa dinda berikan sekarang....
Tidak sebatas ucapan...
Tidak sebatas ungkapan...
Harapan bersama ini akan menjadi nyata ketika waktu itu tiba di saat yang tepat....
Happy anniversary, kanda...
Doa dinda, doa kanda, doa kita bersama semoga didengar oleh-Nya...
:)

 02 Maret '12
Pukul 23.20 WIB

Minggu, 19 Februari 2012

ke-Aku-an

Anak muda selalu dipermainkan oleh perasaan. Dari zaman Siti Nurbaya, dari zaman Arthur, atau dari zaman Sam Pek, semua dimainkan perasaan. Hidup terus berjalan. Sudah banyak dongeng tentang cinta. Waktu merambat pasti dan para pujangga tak bosan membual cinta. Cinta dan kehidupan adalah roda manusia untuk berjalan. Kadang kita jatuh dan terperosok, dibutakan dan bertingkah bodoh. Kadang kita berbangga dan jumawa, atau kadang kita bermain sembarangan. Semua itu karena kita bermain dengan perasaan. Tapi, itulah manusia. Makhluk yang mempunyai otak dan perasaan sehingga bisa berubah jadi dewa atau menjelma jadi setan neraka. Dan cinta adalah hal yang sangat membuat perasaan gundah. Perasaan bisa jadi pisau tajam karena cinta, tapi perasaan juga bisa menjadikannya tumpul. Jika kita mengasah pisau setajam-tajamnya, maka pilihan ada dua, kita mampu membabat dengan mudah atau pisau kita tak tahan lama. Semua itu tergantung perasaan dan logika. Perasaan ke-AKU-an yang timbul dalam diri kadang mengubah segalanya jadi egois, mematahkan gendewa dan merusak mata pisau kita.
“Aku sangat senang saat dia tersenyum padaKu. Aku bahagia saat dia menciumKu. Dunia ini terasa indah saat dia balas cintaKu. Dan Aku benci dan gelisah saat dia memarahiKu. Aku bosan dan jenuh saat dia meninggalkanKu. HidupKu tak berarti saat dia pergi dari sisiKu. Semuanya… dan semuanya tentang AKU, AKU dan AKU!”
Kita tidak perduli perasaan dia. Kita acuh terhadap apa yang dia rasakan. Kita tidak pernah berpikir bagaimana kalau AKU adalah DIA. Kita hanya berpikir ke-AKU-an saja. Manusia memang diciptakan dengan mencari kebahagiaan, tapi kebahagiaan seperti apa?
Berbuat baik, mengesampingkan perasaan ke-AKU-an, dan mengorbankan kepentingan, kebanggaan pribadi adalah tugas yang tidak mudah. Kesenangan dan kebahagiaan tentang diri pribadi tak akan pernah habis, tapi kesenangan dan kebahagiaan objektif itu lebih dihargai.
Itulah manusia…
Inilah saya…

_16 agustus 2011_

Sabtu, 18 Februari 2012

Untitled 2

Pasca pecah kongsi dengan “mereka”, aku mengucap syukur.
“Alhamdulillah yah, ternyata Allah masih sayang sama aku. Allah masih kasih kesempatan buat aku untuk bisa melihat dengan mata hati. Yah, mudah-mudahan untuk kedepannya nanti, aku tidak salah langkah dan tidak lagi salah dalam memilih teman. Insyaallah teman-teman yang sekarang itu mau membimbing aku kalau aku ada salah jadinya biar aku juga nggak sia-sia yah ada di kota orang.”
Yah, dari semua permasalahan yang kerap terjadi dalam diri aku, semuanya pasti punya akhir. Seperti sebuah cerita dalam suatu drama, pasti ada endingnya. Kisah apapun itu, baik kisah percintaan, kisah horor, kisah klasik, semuanya memiliki akhir. Hanya saja akhir ceritanya tidak selalu sama dan juga tidak terlalu berbeda.
Aku mulai paham dan sadar mengapa Allah memberikan kita ujian atau cobaan dalam kehidupan. Pertama, karena dengan ujian atau cobaan, kita bisa menjadi lebih dekat kepada-Nya. Kita senantiasa mengingat-Nya, senantiasa bersyukur kepada-Nya, senantiasa berjuang atas perintah-Nya. Kedua, karena dengan ujian atau cobaan, derajat kita akan semakin bertambah dimata-Nya. Jika kita mampu melewati cobaan yang Dia berikan dengan sabar, tegar dan tidak menyimpang maka derajat kita sebagai hamba-Nya akan dinaikkan. Ibaratnya naik pangkat gitu. Yang ketiga, karena dengan ujian atau cobaan yang Dia berikan, kehidupan kita akan semakin berwarna. Coba bayangkan seandainya kita tidak pernah diberikan cobaan atau ujian sedikitpun dari-Nya, kita tidak akan merasakan yang namanya jatuh cinta, putus cinta, patah hati, dikhianati teman, dikhianati sahabat, dicuekkin papa-mama, dimusuhin lingkungan. Lho? bisa dibayangkan nggak jadi berwarna hidup kita. Dengan cobaan, kita bisa menghandle, menyikapi dan saling memahami. Bisa membedakan mana yang baik dan juga yang tidak baik sehingga untuk kedepan nanti kita tidak akan mengulangi kesalahan yang sama.
Oleh karena itu bersyukurlah bagi yang pernah dikasih cobaan. Mau yang ringan atau yang berat sekalipun yang namanya cobaan ya tetap aja namanya cobaan. Kita harus mampu menguasai dan menyikapinya dengan baik.
Dulu ketika aku mengalami cobaan “itu”, jujur aku tidak mampu menguasai dan menyikapi dengan baik. Aku langsung bermusuhan dengan yang mebuat masalah dan berusaha untuk tidak memaafkannya. Namun ternyata aku salah, sebagai manusia aku harus tetap memaafkan kesalahannya. Perkara ia kembali lagi dengan tabiat buruknya itu urusannya dengan Tuhannya. Urusanku hanya memberinya maaf dan menerimanya kembali dengan hati lapang tanpa dendam. Lalu apakah aku sanggup dan berhasil menjalaninya???
Beluuuummm...
Belum seratus persen. Walau aku sudah memaafkannya namun aku belum bisa menerimanya lagi. Sulit sekali. Yah, namanya juga praktik. Banting jauh dengan yang namanya teori yang gampang banget kasih kemudahan. Padahal jika teori itu dipraktikkan, waduh... (jawab masing-masing aja deh...
J)
Tapi sekarang aku mulai bisa memahami bahwasanya dalam keadaan apapun aku harus melupakan masa lalu dan berdamai dengan masa lalu itu sendiri. Lalu aku memaafkan kesalahan yang pernah dilakukannya dan mulai menata kehidupan yang lebih baik.
Walau pada dasarnya manusia itu berbeda, namun manusia itu punya kesamaan, yaitu optimis, berani mengakui kelemahan dan kesalahan, fokus dalam hal positif, dan mampu mengelola emosi dengan baik.
Belajar dari pengalaman memang bisa menghasilkan kebaikan. Namun tidak selamanya pengalaman itu mengajarkan kebaikan.
Sejak pecah kongsi dengan “mereka”, aku menjadikan kesulitan menjadi kemudahan dan merubah kesedihan menjadi pengalaman yang indah agar hidup ini menjadi lebih bermakna.  
Terima kasih buat mereka yang telah memberikan warna dalam hidupku.

Untitled 2

Pasca pecah kongsi dengan “mereka”, aku mengucap syukur.
“Alhamdulillah yah, ternyata Allah masih sayang sama aku. Allah masih kasih kesempatan buat aku untuk bisa melihat dengan mata hati. Yah, mudah-mudahan untuk kedepannya nanti, aku tidak salah langkah dan tidak lagi salah dalam memilih teman. Insyaallah teman-teman yang sekarang itu mau membimbing aku kalau aku ada salah jadinya biar aku juga nggak sia-sia yah ada di kota orang.”
Yah, dari semua permasalahan yang kerap terjadi dalam diri aku, semuanya pasti punya akhir. Seperti sebuah cerita dalam suatu drama, pasti ada endingnya. Kisah apapun itu, baik kisah percintaan, kisah horor, kisah klasik, semuanya memiliki akhir. Hanya saja akhir ceritanya tidak selalu sama dan juga tidak terlalu berbeda.
Aku mulai paham dan sadar mengapa Allah memberikan kita ujian atau cobaan dalam kehidupan. Pertama, karena dengan ujian atau cobaan, kita bisa menjadi lebih dekat kepada-Nya. Kita senantiasa mengingat-Nya, senantiasa bersyukur kepada-Nya, senantiasa berjuang atas perintah-Nya. Kedua, karena dengan ujian atau cobaan, derajat kita akan semakin bertambah dimata-Nya. Jika kita mampu melewati cobaan yang Dia berikan dengan sabar, tegar dan tidak menyimpang maka derajat kita sebagai hamba-Nya akan dinaikkan. Ibaratnya naik pangkat gitu. Yang ketiga, karena dengan ujian atau cobaan yang Dia berikan, kehidupan kita akan semakin berwarna. Coba bayangkan seandainya kita tidak pernah diberikan cobaan atau ujian sedikitpun dari-Nya, kita tidak akan merasakan yang namanya jatuh cinta, putus cinta, patah hati, dikhianati teman, dikhianati sahabat, dicuekkin papa-mama, dimusuhin lingkungan. Lho? bisa dibayangkan nggak jadi berwarna hidup kita. Dengan cobaan, kita bisa menghandle, menyikapi dan saling memahami. Bisa membedakan mana yang baik dan juga yang tidak baik sehingga untuk kedepan nanti kita tidak akan mengulangi kesalahan yang sama.
Oleh karena itu bersyukurlah bagi yang pernah dikasih cobaan. Mau yang ringan atau yang berat sekalipun yang namanya cobaan ya tetap aja namanya cobaan. Kita harus mampu menguasai dan menyikapinya dengan baik.
Dulu ketika aku mengalami cobaan “itu”, jujur aku tidak mampu menguasai dan menyikapi dengan baik. Aku langsung bermusuhan dengan yang mebuat masalah dan berusaha untuk tidak memaafkannya. Namun ternyata aku salah, sebagai manusia aku harus tetap memaafkan kesalahannya. Perkara ia kembali lagi dengan tabiat buruknya itu urusannya dengan Tuhannya. Urusanku hanya memberinya maaf dan menerimanya kembali dengan hati lapang tanpa dendam. Lalu apakah aku sanggup dan berhasil menjalaninya???
Beluuuummm...
Belum seratus persen. Walau aku sudah memaafkannya namun aku belum bisa menerimanya lagi. Sulit sekali. Yah, namanya juga praktik. Banting jauh dengan yang namanya teori yang gampang banget kasih kemudahan. Padahal jika teori itu dipraktikkan, waduh... (jawab masing-masing aja deh...
J)
Tapi sekarang aku mulai bisa memahami bahwasanya dalam keadaan apapun aku harus melupakan masa lalu dan berdamai dengan masa lalu itu sendiri. Lalu aku memaafkan kesalahan yang pernah dilakukannya dan mulai menata kehidupan yang lebih baik.
Walau pada dasarnya manusia itu berbeda, namun manusia itu punya kesamaan, yaitu optimis, berani mengakui kelemahan dan kesalahan, fokus dalam hal positif, dan mampu mengelola emosi dengan baik.
Belajar dari pengalaman memang bisa menghasilkan kebaikan. Namun tidak selamanya pengalaman itu mengajarkan kebaikan.
Sejak pecah kongsi dengan “mereka”, aku menjadikan kesulitan menjadi kemudahan dan merubah kesedihan menjadi pengalaman yang indah agar hidup ini menjadi lebih bermakna.  
Terima kasih buat mereka yang telah memberikan warna dalam hidupku.

Sebatas Khayalan

Aku sayang kamu...
Buliran airmata ini jatuh seketika membasahi pipi yang tengah merona karena jatuh cinta...
Bukan karena aku terharu akan perhatiannya.
Namun karena keacuhannya.
Aku tersadar dari lamunan panjang yang memberikan warna keindahan akan sebuah romansa kenangan.
Semua terpampang jelas dalam ingatan tentang aku dan kau.
Menyatu dalam angan membangun istana kasih sayang.
Namun ku masih harus berada dalam lamunan panjang itu.
Khayalan ku akan dirimu masih sebatas khayalan.
Kutidak sanggup untuk memulai.
Kuhanya sanggup untuk menunggu kepastian dari hatimu.
Ku menunggu kau melihat diriku dengan nyata dan kau gunakan hatimu untuk menyapaku.
Tidak sekadar karena fisikku namun karena hatiku.
Bundaran kristal itu harus kembali jatuh ketika melihatmu tertawa riang.
Bukan untukku, tetapi untuk dia yang mungkin telah menghiasi hatimu.
Aku menunggu bulan purnama di kegelapan malam.
Menunggu bintang kejora menyapa riang tanpa adanya tangisan kesedihan...
Akankah kau sadar dan melihatku sekarang?
Ku berdiri disampingmu.
Nyata bukan sebatas khayalan....
^^

Rabu, 21 Desember 2011

Cuma sebatas rindu

Sebentar lagi tanggal 22 Desember akan tiba....Tanggal sakral bagi kaum wanita yang telah menjadi seorang ibu bagi anak-anaknya...Tanggal dimana semua mata tertuju pada mereka....
Beribu ucapan, cendera mata, kasih sayang yang berbalas seadanya dari anak-anak mereka datang bertubi-tubi...Seolah-olah di tanggal tersebut kita akan kehilangan mereka selamanya...
Seolah-olah di tanggal itu kita wajib mengucapkan dan memberikan apa yang belum kita berikan kepada mereka...
Apapun alasan kita, tanggal itu tetap menjadi tanggal kebahagiaan yang tak terungkapkan bagi mereka...
Walau hanya dirayakan selama satu hari, mereka tetap bahagia karena setidaknya mereka merasa dihargai oleh segelintir orang yang memang menyayangi mereka....

Ibu, seperti seorang malaikat yang tak bersayap...
Ibu, bisa menjelma menjadi seseorang yang sangat kita inginkan...
Ia bidadari yang tak terlukiskan keindahannya...
Ibu, walaupun sehina apapun  pekerjaanya, Beliau tetap ibu kita...
Walaupun sejelek apapun penampilannya, Beliau tetap ibu kita...
Tidak menarik sekalipun wajahnya, beliau tetap ibu kita...
Tidak sekaya Angelina Jolie, beliau tetap ibu kita....
Tidak seseksi Madonna sekalipun, beliau tetap ibu kita...
Tidak sebaik malaikat atau bidadari sekalipun, beliau tetap ibu kita...
Terlepas kita suka atau tidak suka dengan beliau, ia tetap ibu kita...

Mungkin bagi sebagian orang arti ibu itu tidak seperti orang lainnya....
Tapi bagi anak rantauan seperti saya, arti ibu itu lebih dari segalanya...
Sekarang, kita mungkin belum merasakan pengorbanan dan arti cerewetnya beliau...
Tapi nanti, suatu hari, ketika ia tak lagi ada bersama kita baik secara nyata maupun maya, kita akan merasakan bahwa apa yang ia lakukan selama ini ternyata untuk ini yaaa?
Atau nanti, ketika kita kaum remaja wanita yang kelak akan menjadi seorang istri dan ibu bagi anak-anak kita kelak juga akan merasakan apa yang ibu kita rasakan dulu sewaktu masih muda...Berbicara tentang ibu tidak akan ada habisnya...
Terlepas dari kesalahan yang mungkin pernah ia lakukan sewaktu dulu, belajar untuk memaafkanlah....
Dia bukan malaikat sesungguhnya yang tidak pernah berbuat salah...
Bahagiakan ia yang telah memperjuangkan kita sewaktu dulu...
Kalaupun tidak bisa membahagiakannya, jangan buat ia menangis karena sifat kita yang tidak biasa itu...
Sayangi ibu karena Allah...

Seberkas cahaya untuk wajah letihnya akan terbayar ketika kita mendoakannya setiap saat...
Rasa lelahnya terasa tergantikan ketika kita membelai lembut wajahnya...

Tanggal 22 nanti, aku tidak ada disampingmu ibu...
Aku tidak bisa memberiku kado spesial seperti mereka mereka yang pasti dan akan memberikan kado untuk ibunya...
Hanya sebait doa dan ucapan yang bisa aku hantarkan untukmu...
Hanya dengan suara aku bisa mengobati rasa salah dan juga rasa sayangku padamu...

Harapku, rasa sayang ini tidak akan hanya berlangsung selama satu hari saja, tapi untuk selamanyaaa..
Semoga ibu sehat selalu dan selalu tersenyum dalam keadaan apapun...
Allah selalu bersama hamba-Nya...

I'll love you, great Mom...
Insyaallah till we die..Terima untuk segalanya yang tak bisa kusebutkan satu persatu semua jasa dan pengorbananmu....:')

Senin, 26 September 2011

ddddddd

Anak muda selalu dipermainkan oleh perasaan. Dari zaman Siti Nurbaya, dari zaman Arthur, atau dari zaman Sam Pek, semua dimainkan perasaan. Hidup terus berjalan. Sudah banyak dongeng tentang cinta. Waktu merambat pasti dan para pujangga tak bosan membual cinta. Cinta dan kehidupan adalah roda manusia untuk berjalan. Kadang kita jatuh dan terperosok, dibutakan dan bertingkah bodoh. Kadang kita berbangga dan jumawa, atau kadang kita bermain sembarangan. Semua itu karena kita bermain dengan perasaan. Tapi, itulah manusia. Makhluk yang mempunyai otak dan perasaan sehingga bisa berubah jadi dewa atau menjelma jadi setan neraka. Dan cinta adalah hal yang sangat membuat perasaan gundah. Perasaan bisa jadi pisau tajam karena cinta, tapi perasaan juga bisa menjadikannya tumpul. Jika kita mengasah pisau setajam-tajamnya, maka pilihan ada dua, kita mampu membabat dengan mudah atau pisau kita tak tahan lama. Semua itu tergantung perasaan dan logika. Perasaan ke-AKU-an yang timbul dalam diri kadang mengubah segalanya jadi egois, mematahkan gendewa dan merusak mata pisau kita.
“Aku sangat senang saat dia tersenyum padaKu. Aku bahagia saat dia menciumKu. Dunia ini terasa indah saat dia balas cintaKu. Dan Aku benci dan gelisah saat dia memarahiKu. Aku bosan dan jenuh saat dia meninggalkanKu. HidupKu tak berarti saat dia pergi dari sisiKu. Semuanya… dan semuanya tentang AKU, AKU dan AKU!”
Kita tidak perduli perasaan dia. Kita acuh terhadap apa yang dia rasakan. Kita tidak pernah berpikir bagaimana kalau AKU adalah DIA. Kita hanya berpikir ke-AKU-an saja. Manusia memang diciptakan dengan mencari kebahagiaan, tapi kebahagiaan seperti apa?
Berbuat baik, mengesampingkan perasaan ke-AKU-an, dan mengorbankan kepentingan, kebanggaan pribadi adalah tugas yang tidak mudah. Kesenangan dan kebahagiaan tentang diri pribadi tak akan pernah habis, tapi kesenangan dan kebahagiaan objektif itu lebih dihargai.
Itulah manusia…
Inilah saya….